PASSION

09.50 Anindhyta P Pradipta 0 Comments

Hello fellas !

Setahun telah berlalu, dan aku masih mengajar. Thank's God, I'm blessed ! Sebelumnya aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan mengajar, sekalipun keluargaku kebanyakan adalah guru. Banyak orang sekitarku yang mengenal keluargaku sebagai keluarga guru. Mulai dari kakek, nenek, ayah, ibu, saudara ayah, hampir semuanya adalah guru. Aku sendiri sempat tidak ingin menjadi guru, karena semua anggota keluargaku sudah menjadi guru.

Hingga akhirnya takdir membawaku pada Jurusan pendidikan Biologi UNY. Takdir ini belum cukup membuatku yakin bahwa menjadi guru adalah tujuan hidupku dan passionku. Hari-hari pertama kuliah masih kulalui dengan kebimbangan hingga tahun pertama, kedua, ketiga kulalui. Namun, belum ada yang membuatku yakin bahwa menjadi guru adalah pilihanku. teori-teori di kuliah terlalu membosankan bagiku, bangku kuliah itu hanya kududuki sebatas kewajiban sebagai mahasiswa. Bukan karena aku ingin.


Juli 2012. Takdir mengantarkan aku memasuki gerbang SMA Negeri 1 Banguntapan. Aku diminta untuk mengabdi di tempat itu selama 3 bulan lamanya. Kali ini aku datang sebagai mahasiswa, sekaligus sebagai guru untuk mereka. Aku diberi tugas untuk mengajar kelas X1-X5. Berada di depan mereka dan berbagi dengan mereka, menjadikanku menjadi sosok yang begitu nyata. Aku bukan lagi tumpukan-tumpukan teori yang dijejalkan oleh dosenku ataupun sinopsis dari buku-buku yang aku baca. Aku merasa menjadi manusia seutuhnya yang diberikan kepercayaan untuk membagikan apa yang aku punyai demi masa depan mereka. Kupandangi mata itu satu persatu, aku melihat harapan yang besar di mata mereka. Ku awali pagi itu dengan senyuman, ku sapa mereka dan ku perkenalkan diriku.

Ku ajak mereka berbagi bersamaku. Ku biarkan mereka lepas dari tembok yang bersekat-sekat itu. Ku bebaskan mereka untuk mendekat pada alam mereka. Ku perlihatkan pada mereka, bahwa alam adalah pustaka ilmu yang sebenarnya. Ku biarkan mereka dipermainkan oleh keingintahuan mereka. Baru setelah puas, ku jelaskan mereka mengenai materi hari itu. Dengan memperlihatkan kepada mereka bentuk asli materi yang mereka pelajari, aku berharap mereka akan menyimpannya dalam long term memory mereka. Sejak saat aku merasakan kehadiranku berarti untuk mereka itulah, aku merasa menemukan tujuan hidupku dan aku meyakini menjadi guru adalah pilihanku. Berbagi dengan mereka membuatku menjadi sosok yang teramat nyata. Menjadi guru mereka, sekaligus sahabat mereka. Sekalipun sudah 3 tahun yang lalu dan tidak bertemu lagi, namun aku dan muridku masih tetap saling berkomunikasi lewat media sosial.

Lulus dari bangku kuliah, aku bergerak kesana kemari mencari pekerjaan. Hingga akhirnya aku bisa mengajar kembali. Bersama anak-anak, aku merasa hidupku lebih hidup. Bersama dengan anak-anak, aku merasa aku lebih nyata. Di depan mereka, aku bisa menjadi aktris, bisa menjadi pelawak, bisa menjadi sutradara, game maker,fotografer bahkan bisa menjadi desainer. Mereka membuat otakku selalu berpikir mengenai hal baru apa yang ingin aku tunjukkan pada mereka esok hari. Mereka memaksa kreativitasku untuk keluar dari tempatnya dan menggila demi menyalurkan materi. Menjadi seorang guru adalah kepuasan secara jiwa.

Jika mungkin aku mengejar apa yang kebanyakan orang sebut materi, mungkin aku hanya akan menjadi orang kebanyakan. Tidak menutup kemungkinan, setiap manusia membutuhkan materi untuk tetap bertahan hidup. Tapi materi yang berlimpah dengan jiwa yang kosong tanpa passion di dalamnya, menjadikan kita tidak adanya bedanya dengan robot. Kita bekerja untuk rutinitas saja, sekadar untuk hidup. Jika hidup hanya sekadar hidup, babi hutan pun juga hidup bukan ?

Akupun menyadari, jika aku tidak menjadi guru, lantas siapa yang akan mengajari anak-anak bangsaku nanti. Apakah aku juga akan menjadi bagian dari orang-orang yang membiarkan nasib anak bangsa diletakkan pada tangan yang tidak tepat? Aku berharap tidak. Namun, hal itu bukan berati aku sudah sempurna menjadi seorang guru. Aku masih perlu banyak sekali belajar, karena aku tahu ilmu akan terus berkembang dan berkembang. Sebagai seorang guru akupun dituntut untuk beradaptasi, memahami apa yang terjadi dengan di dunia ini. Aku bertanggung jawab terhadap "menjadi apakah muridku nanti" daripada "berapakah nilai ulangan anak didikku ini?". Bukan hanya seorang guru yang menuangkan materi kepada murid, aku harus mempersiapkan mereka menjadi seseorang yang mempunyai impact besar untuk sekitarnya.


I do what i love, i love what i do.
Sampai sekarang aku masih mengerjakan apa yang menjadi passionku, apa yang menjadi kecintaanku. Berapapun materi yang aku dapatkan, itu selalu lebih dari cukup. Jiwaku yang tidak kosong ini, juga materi yang tidak dapat kunilai dengan rupiah. Dan yang perlu kita ingat lagi, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, bukan ? Jadi, bermanfaatlah dengan apapun yang kamu lakukan. Karena hanya dengan itulah, kamu hidup lebih lama daripada usiamu sendiri :)
 
 

0 komentar:

SEE YOU AGAIN

08.58 Anindhyta P Pradipta 0 Comments

Hello readers,

Ah, setelah sekian lama akhirnya bisa kembali menulis lagi. Setahun sudah vakum dari dunia blog, semoga kembali dengan tulisan baru dan jiwa baru. Kali ini, aku memutuskan untuk move on dari blog yang lama dan menggunakan blog ini. Semoga di blog ini, tulisannya bisa lebih kece daripada blog sebelumnya.

Ada yang hilang ketika hampir setahun tidak menulis. Setelah sekian lama menghilang dan tidak memainkan kata-kata, rasanya tak cukup berani aku untuk kembali memainkan tulisanku. Hingga pada suatu siang aku mendengar salah satu temanku berkata "temukan passionmu, dan ayo menulis".

Pikiranku melayang jauh pada barisan kata yang pernah aku baca "menulis adalah keberanian, menulis adalah bekerja untuk keabadian". Lalu aku sadar, aku harus segera kembali, menulis lagi.

Best Regards,


Me.

0 komentar: