Diantara Gelap dan Terang

22.43 Anindhyta P Pradipta 0 Comments

Pernahkah kamu melihat gemerlap bintang digelapnya malam? Pernahkah kamu melihat bunga-bunga yang mulai bermekaran di pagi hari? Keduanya sama indah bukan?

Kita sering terjebak dalam dualisme kehidupan dimana kita merasa satu sisi itu baik, dan sisi lainnya adalah buruk. Dua sisi yang saling bertentangan, seperti gelap dan terang. Terlanjur tertanam dalan pikiran kita bahwa gelap itu buruk dan terang itu baik. Padahal sejatinya tak selalu begitu. Bagaimana kita bisa melihat keindahan bintang dan bulan, tanpa berteman dengan gelapnya malam?

Hal tersebut pun turut terjadi ketika kita menerima cobaan dan rejeki. Cobaan berati buruk, sedangkan rejeki berati baik. Padahal, Tuhan ingin "memeluk" kita lebih erat ketika memberi cobaan pada kita. Agar kita menjadi pribadi yang jauh lebih kuat. Bisa jadi pula, Tuhan ingin kita lebih mendekat karena sudah terlalu jauh dari-Nya. Begitupun dengan rejeki, siapa yang tahu bahwa dibalik rejeki tersebut kita sedang "dicoba" apakah kita menggunakan rejeki tersebut untuk hal yang tepat? Apakah kita mampu mensyukuri rejeki yang diberikan? Atau justru kita menjadi seseorang yang kufur nikmat?

Semuanya kembali kepada permainan pola pikir kita. Sejauh mana kita ingin memandang kehidupan yang kita jalani. Apakah kita ingin hidup lebih damai dengan berpikiran positif atau membiarkan pikiran negatif menguasai kita hingga membuat kita cemas dan khawatir terus menerus.

Berpikiran positif itu tidak datang dengan tiba-tiba begitu saja, berpikiran positif itu dilatih. Latihannya pun membutuhkan kesabaran dan konsistensi.

Membutuhkan kesabaran, karena kita tahu lebih mudah untuk berburuk sangka daripada berbaik sangka. Lebih mudah mengeluarkan amarah daripada memeluk amarah. Lebih mudah mendendam daripada memaafkan. Iya bukan? Bersabar memang tidak mudah, tetapi hadiahnya adalah ketenangan. Hidup yang tenang akan membantu kita untuk lebih menikmati hidup ini disetiap harinya.

Membutuhkan konsistensi? Tentu saja. Berpikiran positif itu perlu dilatih. Banyak permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan kita, yang pada akhirnya menjebak kita untuk menciptakan pikiran negatif. Entah kekhawatiran, entah kecemasan, entah kekecewaan, dan masih banyak lagi. Untuk itu perlu melatih otot syukur kita secara konsisten agar kita mampu menciptakan pikiran yang positif. Selain itu, melatih diri agar melihat sesuatu hal tidak dari sudut yang lain. Karena kadang, kita hanya menggunakan perasaan kita dalam melihat sesuatu atau memutuskan suatu hal. Padahal kita perlu menggunakan logika kita untuk melihat berbagai kemungkinan yang ada. Konsistensi inilah yang pada akhirnya akan membuat berpikiran positif menjadi suatu kebiasaan dalam hidup kita.

Dualisme kehidupan ada bukan untuk saling bertentangan, melainkan untuk saling menyeimbangkan.

0 komentar: