Kampoeng English, dariku untuk Wonogiriku.

11.38 Anindhyta P Pradipta 2 Comments

Udara segar Bandung ternyata membuatku lebih bersemangat untuk mengeksekusi salah satu mimpiku, membuat suatu kegiatan di Wonogiri yang bisa mengingatkan anak-anak Wonogiri yang lain untuk lebih peduli terhadap sekitarnya. Sebenarnya rencana ini bukanlah rencana yang baru, melainkan sebuah mimpi yang sudah terlalu lama hanya menjadi wacana saja. Akupun memberanikan diri untuk mendesain sebuah pemberitahuan sederhana tentang kegiatanku ini.


( leaflet Kampoeng English - dok.pribadi)

Kampoeng English ini adalah proyek "nekat" pertama yang saya buat dan saya konsep sendiri. Sejak kecil, saya merasakan bahwa kebanyakan anak-anak takut untuk belajar berbahasa Inggris. Pada umumnya, ketakutan mereka diawali dengan menganggap bahasa Inggris itu sulit. Iya, sulit, karena bukan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa seperti yang dipakai sehari-hari. Kedua, ada ketidakpercayaan diri dari anak-anak untuk mempraktekkan bahasa Inggris itu sendiri. Padahal, untuk dapat bertahan dalam persaingan global, mau tidak mau kita harus menguasai bahasa internasional yang memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda negara, yang tentunya berbeda bahasa pula dengan kita, bukan? Berangkat dari kenyataan yang ada ini, saya memberanikan diri untuk membuat acara bertajuk Kampoeng English selama 2 hari tanpa dipungut biaya sepeserpun. Gratis! Setiap anak memiliki kesempatan untuk belajar tanpa harus memperhatikan rupiah yang harus mereka keluarkan. Bukankah mendidik itu adalah kewajiban bagi semua warga negara yang terdidik?



Hari pertama Kampoeng English, ada 10 anak yang datang untuk ikut berpartisipasi. Ada kelegaan sendiri, ternyata yang berminat masih lumayan banyak. Untuk mencairkan suasana, saya mengajak anak-anak untuk berlatih menyapa teman mereka dan memperkenalkan diri depan umum terlebih dahulu. Beberapa dari mereka terlihat masih malu-malu, namun ada satu dua anak yang tampak sangat antusias. 



Pada pertemuan kali ini, saya mengajak mereka untuk mengenal nama-nama binatang dan bagaimana cara binatang itu bergerak. Saya meminta mereka untuk berdiri berjajar kemudian merentangkan tangan terlebih dahulu. Lalu saya mengawali dengan menuliskan kata BIRD. 

" Coba, apa arti bird itu?"

"Buruuuuuung." seru mereka

" Coba, kita eja dulu yaa. How to spell bird?"

Sayapun menuntun mereka untuk mengeja BIRD huruf demi huruf. Kemudian saya kembali bertanya pada mereka :

" kalau burung, gimana cara geraknya?"

" terbaaaaaaaaang." jawab mereka kompak.

" apa bahasa Inggrisnya terbang?"

Semua anak terdiam. Tidak ada diantara mereka yang tahu bahwa bahasa Inggris dari terbang. Sayapun berjalan kembali ke papan tulis lalu menuliskan kata FLY.

" bahasa Inggrisnya terbang itu FLY. Apa coba? Ulang lagi."

" FLYYYYYYYYYY." kata mereka bersama-sama

" kita eja lagi ya. How to spell FLY?"

Merekapun belajar untuk mengeja kata FLY tersebut.

" Nah, sekarang coba, kita tirukan burung ya. Buat lingkaran dulu"

Merekapun membuat lingkaran dengan cepat. " Jadi gini, Ka Dita akan bilang I can fly like a bird" kataku sambil menirukan gerakan burung terbang. "Nah, nanti Ka Dita tunjuk salah satu dari kalian. Misalnya, Rara, you can fly like a bird. Nanti gantian Rara yang bilang I can fly like a bird. Rara nanti juga boleh nunjuk temennya, kayak Ka Dita nunjuk Rara tadi. harus bilang You can fly like a bird."



Merekapun mempraktekkannya dengan malu-malu. Beberapa anak terlihat bingung karena lupa harus bilang apa. Ada beberapa yang masih salah ucap.

" Nggak apa-apa salah, jangan takut. Kalau salah, nanti Ka Dita bantuin. Ayok coba lagi." 


Akhirnya satu persatu berani untuk menirukan bagaimana gerak burung itu sambil berlatih untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris. Hal ini sangat sederhana, sangat amat sederhana sebenarnya. Namun memunculkan keberanian mereka agar mereka berani mencoba tanpa takut salah inilah yang penting. Bahwa belajar bahasa Inggris itu tidak hanya dengan buku dan pensil kemudian mencatat, tapi bisa belajar dengan menggunakan gerak mereka. Kemudian mereka kembali mempraktekkan bagaimana bebek dan sapi bergerak dengan permainan yang sama.


Setelah itu, saya mengajak mereka untuk membuat origami kupu-kupu bersama. Mereka bebas untuk memilih warna apa saja yang mereka sukai. Setelah selesai dengan membuat kupu-kupu, saya menuliskan sebuah puisi tentang butterfly di papan tulis. Kami membaca puisi itu bersama-sama. Lalu, saya meminta anak-anak untuk menempelkan kupu-kupu mereka pada sebuah kertas lalu di sampingnya ditulis puisi yang sudah ada di papan tulis untuk nantinya diberikan kepada orangtua mereka. Sambil menulis, anak-anak saya perdengarkan lagu butterfly. Beberapa dari mereka ikut menirukan lagu tersebut dengan ceria. 


Sebagai penutup, saya memilih untuk mendongengkan mereka The Ugly Duckling. Mereka terbahak ketika saya menirukan suara hewan-hewan yang mengejek si Ugly Duckling. Cerita itu mengingatkan kembali kepada anak-anak bahwa kita harus saling menghormati satu sama lain, dan tidak boleh mengejek fisik, seperti "gendut, kurus, hitam, putih, jelek". Pembelajaran dengan menggunakan cerita terkadang menjadi cara yang efektif untuk memudahkan anak-anak menangkap pesan moral yang ingin disampaikan.


Hari kedua, saya mengajak anak-anak berbicara tentang apa yang mereka cita-citakan. Saya membiarkan mereka menyampaikan apa cita-cita mereka. Setelah itu, mulailah kami belajar mengenai vocabulary berbagai macam pekerjaan.


Saya sudah menyediakan berbagai macam gambar, kemudian menunjukkan satu persatu kepada anak-anak sambil menanyakan apakah nama pekerjaan itu. Beberapa dari mereka dapat menjawabnya dalam bahasa Inggris, namun sebagian dari mereka belum tahu. Saya menuliskan kosakata dalam bahasa Inggris tepat di bahwa gambar itu untuk memudahkan anak-anak mengenalinya. Bersama-sama kami mengeja kosakata tersebut dan menempelkan semua gambarnya ke papan tulis.


Setelah itu, mereka melakukan permainan Throwing Ball. Anak yang memegang bola, wajib menyebutkansebuah nama pekerjaan dalam bahasa Inggris. Jika anak tersebut dapat menyebutkan, maka dia akan melemparkannya kepada temannya. Temannya yang menerima bola tersebut, akan menyebutkan pula sebuah nama pekerjaan. Namun, bila tidak dapat menyebutkan, maka dinyatakan gugur. Awalnya seperti biasa, mereka masih malu-malu. Namun ketika sudah diulang berkali-kali, mereka terlihat sudah tidak tegang lagi. Lalu dilanjutkan lagi, namun peraturannya berubah. Teman yang melempar akan menyebutkan nama pekerjaan dalam bahasa Indonesia, sedangkan penangkap bola akan menyebutkan pekerjaan tersebut dalam bahasa Inggris. Permainan jadi setingkat lebih sulit, namun anak-anak tidak mengeluh. Mereka justru lebih bersemangat. Ada beberapa anak yang diam-diam melihat papan tulis kemudian ketahuan oleh temannya. Ada-ada saja tingkah laku mereka. 


Setelah selesai dengan permainan Throwing Ball, mereka kemudian menggambar profesi yang menjadi cita-cita mereka dan menuliskan Mom and Dad, I want to be a/an ............... 


Acara ditutup dengan menuliskan cita-cita mereka dan menempelkan ke "Our Dream Tree". Saya menyampaikan ucapan terima kasih karena anak-anak sudah mau datang dalam acara saya. Tidak saya duga, ada salah seorang anak yang menghampiri saya kemudian dia berkata "Ka Dita, enaknya kayak gini itu setiap hari." katanya sambil tersenyum. Kemudian, ada anak lagi yang menghampiri saya "Ka Dita, besok ada lagi enggak?". Rasanya tidak sampai hati untuk bilang tidak pada mereka, kemudian saya berkata "acaranya 2 hari ini. Nanti kalau ada lagi, pasti Ka Dita bilang sama ayah ibu ya."


Dengan Kampoeng English ini, saya berharap nantinya akan ada banyak kegiatan positif yang ada di Wonogiri yang diselenggarakan oleh para generasi muda Wonogiri. Entah itu dari pelajar SMP, SMA, kuliah, ataupun sudah kerja. Tengoklah sekitarmu, apa yang mereka butuhkan? Apa yang mungkin kamu bisa bantu? 

If not us, the who?
If not now, then when?

Tidak harus dengan mengajar bahasa Inggris, misalnya kalian mempunyai bakat untuk fotografi, ajaklah anak-anak SMP atau SMA untuk belajar fotografi secara gratis. Apabila punya bakat sepakbola, latihlah anak-anak mengenai bagaimana teknik bermain bola yang baik. Bisa menggambar? ajaklah anak-anak SD dan TK belajar menggambar dan mewarnai, pasti mereka akan senang. Berkontribusilah sesuai dengan apa yang kamu bisa, apa yang kamu suka. Mulailah dari hal yang kecil, dan mulailah dari diri sendiri, mulailah dari apa yang bisa kamu berikan. Do small thing with great love !



Jadi,
Tengok ke dalam dirimu sendiri.  Daripada kamu hanya menghabiskan waktu berdiam diri atau melakukan hal-hal yang justru merusak dirimu sendiri, mulailah peka terhadap sekitarmu. Hidup tidak selalu tentang apa yang bisa orang lain berikan untukmu, bukan hanya tentang kebahagiaan yang orang bisa berikan untukmu, tetapi hidup ini sesungguhnya tentang apa yang bisa kamu berikan orang lain dan menjadi penyebab kebahagiaan bagi yang lain. Percayalah, bahwa niat yang baik dan usaha yang baik akan menjadi magnet bagi niat dan usaha yang baik lainnya. Percayalah, bahwa di dalam diri kalian tersimpan potensi yang luar biasa yang menunggu untuk ditemukan dan digali, kemudian dibagikan untuk menjadi manfaat bagi orang lain.


Tunggu apalagi?
Buat sendiri kegiatanmu dan rasakan bagaimana hidupmu akan berubah menjadi lebih berarti :)



2 komentar:

Kutulis surat untuk diriku, 5 tahun lagi.

23.49 Anindhyta P Pradipta 0 Comments



Hai diriku, apa kabarmu ?
Bila surat ini kau terima, ku pastikan kau tengah tersenyum sambil membaca surat ini.
Surat ini dari aku, dirimu di masa lalu, lima tahun yang lalu, lima tahun yang telah berlalu.

Aku berbahagia,
Untuk kebahagianmu yang telah menemukan separuh dari dirimu, seseorang yang kompatibel untuk bersamamu. Ini cara Tuhan menjelaskan kepadamu, mengapa hubungan yang seperti yang kamu jalani saat ini tidak pernah kamu temukan dalam kehidupanmu yang sebelumnya, why it never worked out with anyone else. Kamu akhirnya menyadari bukan, bahwa yang selalu dicari akan kalah dengan yang memberikan dirinya untuk ditemukan? Kalian adalah dua orang yang saling menemukan dan merasa cukup dengan kehadiran satu sama lain. Seperti kata Plato:
“According to Greek mythology, humans were originally created with four arms, four legs and a head with two faces. Fearing their power, Zeus split them into two separate parts, condemning them to spend their lives in search of their other halves.”
Kini berterima kasihlah bahwa akhirnya kamu sudah bertemu dengannya, dan menjalani hidup bersamanya. Kamu sudah paham bukan, ini bukan tetang mencari seseorang yang mampu menutupi kelemahanmu, bukan pula tentang manusia super yang sesuai dengan pikiranmu, tapi ini seseorang yang mampu berjalan bersamamu, memahami setiap jengkal pikiranmu. Kalian tidak bertanggung jawab untuk menutupi kelemahan satu sama lain, ingat, itu masing-masing dari kalian bertanggung jawab atas dirinya masing-masing, bukan membebankan tanggung jawab pada pasangan kalian. Kamu sudah menyadarinya bukan?
Hai, diriku 5 tahun lagi.
Apa kabar dengan mimpi-mimpimu? Bagaimana perasaanmu melihat satu persatu doamu dijawab oleh pencipta-Mu? Menyenangkan bukan? Kamu sekarang memahami bukan, segala sesuatu ini adalah dari kerja pikiranmu dan doa. Ketika kamu hendak melakukan sesuatu, pikiranmu yang akan mengendalikan segala tindakanmu. Dia akan menuntunmu perlahan-lahan untuk mencapai hal yang kamu inginkan, begitupula dengan doamu. Alampun seakan berkonspirasi untuk mendukungmu mencapai semua mimpi-mimpi dan perlahan keajaiban-keajaiban pun terjadi. Jadi, itulah kenapa sejak dari dulu kutegaskan, dengarkan suara hatimu, walaupun terdengar lemah, namun itulah yang sebenarnya kamu inginkan. Berilah hatimu sebuah kepercayaan, percayalah dia tidak akan membawa dirimu pada tempat yang salah. 

Lalu,
Bagaimana dengan anak kecil yang kini kau genggam tangannya? Lihatlah betapa beruntungnya Allah memberikanya padamu, sebuah kepercayaan yang tidak ternilai harganya. Inilah mengapa sedari dulu hatimu berkeras, jadilah seorang wanita, yang kamu inginkan untuk menjadi istri dari anak laki-lakimu nanti atau sosok wanita idola untuk anak perempuanmu. Anak kecil yang tengah bersamamu dan suamimu kini, adalah titipannya. Memang dia lahir dari rahimmu, namun ingatlah, dia berhak atas jiwanya dan tubuhnya sendiri. Bebaskan dia tumbuh menjadi yang dia mau, bukan yang kalian mau. Biarkan dia tumbuh dengan pikiran-pikirannya sendiri dan menjadi sosok yang menginspirasi bagi sekitarnya.

Diriku 5 tahun lagi,
Teruslah hidup dalam kedamaian hatimu sendiri seperti ini. Selalu mulai hari dengan membahagiakan diri sendiri, kebahagiaanmu nantinya akan menjadi magnet bagi kebahagiaan-kebahagiaan yang lainnya. Jangan pernah menggantungkan kebahagiaanmu di tangan orang lain, jangan bebankan tanggung jawab kepada orang lain lalu menyalahkan mereka ketika tidak mampu melakukannya. Kamu! yang harus bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Pekalah terhadap sekitarmu, pedulilah, karena kamu tahu dengan pasti bahwa bermula dari kepeduliaan inilah yang akan memunculkan dorongan dari hatimu untuk melakukan sesuatu yang berguna untuk orang lain.
 From caring comes courage - Lao Tzu
Diriku, percayalah . . .
Memang dunia akan selalu berputar, dan tidak selalu keadaan berpihak kepadamu. Akan ada waktu kamu harus menunduk dan menangis, lalu munculah waktumu untuk menengadahkan wajahmu dan tertawa. 
Forever is temporary
Tidak ada yang selamanya di dunia ini, yang harus kamu selalu percaya adalah Allah akan selalu bekerja tepat pada waktu-Nya. Meskipun terkadang tidak sesuai dengan waktu-Mu. Kamupun harus percaya, Allah tidak pernah melempar dadu, semua yang terjadi bukan karena kebetulan. Bahkan kamu paham benar, bahwa daun yang berguguranpun atas ijin dan kehendak-Nya. Kamu dibawa sejauh ini bukan untuk terjatuh, bukan tanpa alasan, tugasmu adalah memahami pelajaran yang Allah sertakan dalam setiap lembaran hidupmu. Jika kamu berada pada keadaan seburuk apapun, bukan berati Allah tidak menyayangimu, Ia hanya sedang mengujimu, sejauh mana keimananmu meyakini bahwa segala perjalanan ini adalah caranya memberikan yang terbaik untukmu. Pun ketika kebahagiaan sedang menaungimu, jangan lupa untuk bersyukur dan berbagi dengan sekitarmu.

Lakukanlah sesuatu di hari ini, yang akan membuat dirimu di kemudian hari berterimakasih atas apa yang kamu lakukan hari ini. Karena setiap hari akan menawarkan cerita yang berbeda, dan detik tidak pernah berjalan mundur. Kamu harus membuat setiap harinya, setiap perjalanannya berati untukmu, dan sekitarmu.

Dariku,

Dirimu 5 tahun yang lalu.

0 komentar:

Perpustakaan Daerah, riwayatmu kini.

03.08 Anindhyta P Pradipta 2 Comments

Sudah sejak beberapa tahun, saya tidak menjejakkan kaki  di tempat ini. Sejak saya masih duduk di bangku SD, saya sangat rajin berkunjung ke tempat ini, paling tidak seminggu sekali, bahkan kadang lebih dari sekali saya mengunjungi tempat ini. Perlu diketahui, di kota tempat saya berasal tidak ada toko yang menjual buku, selain buku pelajaran. Itulah yang menjadikan perpustakaan daerah ini sebagai penawar rasa ingin tahu saya, pemuas dahaga akan ilmu pengetahuan. 



( dok.pribadi -Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonogiri)

Sebelum memasuki perpustakaan daerah ini, saya sempat beberapa anak sedang bermain di gazebo. Mereka tampaknya berbincang mengenai sesuatu, namun mengapa tak satupun dari mereka yang membawa buku? Saya menyimpan pertanyaan tersebut dalam hati, dan melangkahkan kaki saya masuk ke dalam.



                                  ( dok.pribadi - Gazebo Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonogiri)

Sesampainya di dalam, saya melihat perubahan yang cukup baik dalam penataan ruang dan penataan buku dibandingkan terakhir kali saya mengunjungi tempat ini. Namun, mengapa suasananya justru berbanding terbalik? Dahulu, perpustakaan sangat ramai jika hari Sabtu tiba karena jam sekolah lebih cepat. Bahkan seringkali saya harus mengantri untuk meminjam karena buku yang ingin saya pinjam sudah diambil oleh orang lain. Hari ini? Tidak ada satupun pengunjung yang datang selain saya.




(dok.pribadi - suasana perpustakaan daerah yang sepi)

Saya mengisi buku daftar pengunjung, ternyata saya adalah orang ke 5 yang menginjakkan kaki di perpustakaan daerah ini. Saya kemudian membuka buku daftar peminjam perpustakaan, alangkah kagetnya saya ketika melihat daftar peminjam. Sungguh, sangat sedikit sekali orang yang meminjam di perpustakaan daerah sekarang. Apakah minat baca anak-anak dan orang yang tinggal di Wonogiri memang sudah menurun atau koleksi bukunya yang mungkin kurang? Saya membatin di dalam hati. Lalu, saya memasuki bagian koleksi buku untuk mendapatkan jawaban atas tanda tanya saya ini.




( dok.pribadi - koleksi buku novel  perpustakaan daerah)

Koleksi buku-buku di perpustakaan daerah sudah bertambah sangat banyak jika dibandingkan terakhir kali ketika saya mengunjunginya. Beberapa novel untuk anak-anak, remaja, dewasa, buku motivasi, buku ilmu pengetahuan tentang alam, buku keagamaan juga tersedia. Saya juga masih dapat menemukan koleksi komik lama yang menjadi favorit saya ketika saya masih duduk di bangku SMP. Ya, koleksi komik Mahabharata !




( dok.pribadi - koleksi bukukomik  perpustakaan daerah)

Lucunya, saya masih dapat menemukan tanda tangan saya di daftar peminjam yang tertempel di komik ini. Hal ini menandakan bahwa komik ini sudah lama sekali tidak ada yang meminjam. Padahal, komik ini sarat dengan makna dan membuat saya mengerti tentang cerita wayang tanpa merasa bosan.


( dok.pribadi - koleksi majalah  perpustakaan daerah)

Sayapun beranjak dan berpindah ke arah barat di mana terdapat rak-rak yang berisi majalah anak dan dewasa. Sayapun mendapati bacaan favorit saya ketika masih SD, yaitu majalah Bobo. Dulu, saya selalu berlangganan majalah ini. Setiap hari Kamis, saya selalu menunggu kedatangan bapak pengantar untuk menikmati cerita-cerita tentang Bona dan Rong Rong, Nirmala dan Oky, serta cerita tentang Bobo sendiri. Bahkan, saya dulu sering menyewakan majalah Bobo saya kepada teman-teman dengan harga Rp 100,00 untuk setiap majalah. Semua teman-teman saya sangat antusias untuk meminjam dari saya. Tapi mengapa sekarang ini, ketika sudah tersedia secara gratis, justru majalah ini sepi peminat? mengapa majalah-majalah dan buku yang disini tidak cukup untuk menarik minat adik-adik yang sedang berada di gazebo itu untuk masuk ke dalam dan membaca?




( dok.pribadi - koleksi buku bacaan anak berbahasa inggris perpustakaan daerah)

Sayapun melanjutkan masuk ke dalam ruangan yang terletak di belakang rak majalah ini, lagi-lagi saya dibuat terkejut karena mendapati buku bacaan yang berbahasa Inggris di rak ini. Tidak pernah ada sebelumnya dalam sejarah 12 tahun saya mengunjungi tempat ini dan mendapati buku bacaan untuk anak yang bebahasa Inggris. Betapa gembiranya saya jika ini saya dapati buku ini ketika saya masih kecil. Saya benar-benar dibuat heran mengapa perpustakaan daerah ini sepi. 




( dok. pribadi - reading corner  Perpustakaan Daerah Kab. Wonogiri)

Bahkan di belakang rak buku bacaan anak berbahasa Inggris ini tadi terdapat reading corner yang dapat digunakan anak-anak maupun orang dewasa untuk membaca dengan santai. Sungguh sayang sekali jika perpustakaan yang sudah memiliki fasilitas baik ini hanya dibiarkan begitu saja.



Sayapun kembali ke rak-rak buku dan mengambil sebuah buku untuk saya pinjam. Sambil menulis di buku peminjaman, saya sempat berbincang sebentar dengan penjaga perpustakaan. Dari mbak Wening dan mbak Wahyu, saya mendapatkan informasi bahwa memang pengunjung perpustakaan kini sudah jauh berkurang daripada jaman dahulu. Hanya beberapa anak SD dan SMP yang masih berkunjung, itupun jarang sekali dari mereka yang meminjam buku. Seringkali ada kunjungan dari TK dan PAUD, namun bukan untuk membaca, melainkan lebih kepada pengenalan perpustakaan untuk outing class. Pengunjung kategori dewasa juga mengalami penurunan dalam jumlahnya.

Pandangan saya sempat tertuju pada mobil perpustakaan keliling. Sayapun menanyakan tentang perpustakaan keliling tersebut, sudah sejauh mana perpustakaan tersebut menjangkau daerah-daerah yang ada di Wonogiri? Perpustakaan keliling tersebut ternyata sudah memiliki jadwal tertentu dari hari Senin-Kamis, kadangkala ada kunjungan yang dilakukan atas dasar permintaan daerah yang bersangkutan. Namun, perpustakaan keliling ini belum menjangkau daerah pelosok, seperti Karangtengah dan Paranggupito.

Ironis sekali rasanya, melihat perpustakaan daerah yang begitu sepi sedangkan anak-anak yang berada di daerah pelosok justru begitu antusias membaca hingga berdirilah rumah baca seperti Rumah Baca Sang Petualang di Giriwoyo. Minat membaca yang berkurang bukan masalah yang sederhana, karena buku adalah salah satu cara untuk membuka pikiran kita untuk melihat dan memahami fakta-fakta yang ada di dunia ini, memahami sudut pandang orang lain melalui tulisan, bahkan mampu membantu kita untuk memperoleh inspirasi dan motivasi. 

Saya teringat akan salah satu perkataan yang pernah dikemukaan oleh Plato, "Books give a soul to the universewings to the mindflight to the imagination, and life to everything."  Sedari kecil saya sudah terbiasa hidup bersama buku-buku, dan bersama buku-buku itulah saya tumbuh. Dari buku, saya selalu mencoba melihat suatu sudut permasalahan bukan hanya dari sisi saya saja, melainkan dari sisi sebaliknya. Buku-buku ini membebaskan jiwa saya untuk berimajinasi dan mengerti dunia ini melalui jalan pikiran saya. Bersama buku-buku inilah saya merasa hidup. Ketika saya sedang dalam kondisi tidak baikpun, sebuah buku terkadang dapat menjadi obat penyembuh yang mujarab. 

Semoga, setelah ini saya akan menemukan langkah yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di depan mata saya ini. 

2 komentar:

Rumah Baca Sang Petualang, oase di tengah Giriwoyo

01.34 Anindhyta P Pradipta 1 Comments

Pernahkah anda membayangkan, anda tinggal di sebuah tempat yang sangat jauh dari keramaian kota? Anda berada di tempat yang jauh dari segala macam fasilitas yang ada. Kemudahan seperti akses internet dan membaca buku tidak pula dapat anda temukan? Itulah yang dialami oleh anak-anak yang tinggal di desa Tirtosuworo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Anak-anak di desa ini harus bergelut dengan keterbatasan yang ada. Untuk sekedar membaca buku, mereka hanya dapat mengandalkan perpustakaan sekolah. Sedangkan buku-buku di perpustakaan sekolah sudah mulai usang, bantuan dari pemerintah daerahpun jarang. Memang ada pilihan untuk membaca buku secara online di internet, namun ketersediaan akses internet pada masing-masing sekolahpun belum ada. Inilah mungkin salah satu alasan mengapa minat membaca anak-anak di daerah kurang.


Setelah kunjungan saya dan teman-teman di SD III Tirtosuworo, kamitertarik untuk mengunjungi sebuah rumah baca yang didirikan sendiri oleh local champion daerah tersebut. Awalnya saya mengetahui informasi ini dari kak Nicko, kemudian saya mulai mencari tahu lewat internet mengenai keberadaan Rumah Baca Sang Petualang. Akhirnya saya menemukan beberapa informasi melalui video youtube ini:


Oleh karena itu, kami tidak melewatkan kesempatan mengunjungi Rumah Baca Sang Petualang ini. Saya bertanya pada adik-adik di SD III Tirtosuworo yang mengetahui letak Rumah Baca Sang Petualang tersebut. Salah satu dari adik-adik tersebut mengangkat tangannya dan berkata " saya tahu, nanti saya antar kak". Kamipun berpamitan terlebih dahulu dengan bapak Kepala Sekolah kemudian menuju ke Rumah Baca bersama Iqbal, sang adik yang kuketahui namanya kemudian.

Tidak terlalu sulit untuk menemukan Rumah Baca Sang Petualang ini, namun jalan yang ditempuh tidak begitu mudah karena hanya tersusun atas bebatuan. Selain itu lokasinya juga cukup menanjak. Iqbal kami tawari untuk membonceng bersama kami, namun dia merasa sungkan. Dia memilih untuk berjalan kaki saja. Tak cukup lama, kurang lebih 10 menit,kami sudah sampai di lokasi.


(dok.pribadi - gerbang Rumah Baca Sang Petualang)

Teriknya matahari siang ini terbayar lunas ketika kami melihat gerbang Rumah Baca Sang Petualang. Tempat yang begitu sederhana ini layaknya oase yang mau menawar rasa haus anak-anak desa Tirtosuworo dalam membaca. Kami memasuki Rumah Baca Sang Petualang ini, dan mendapati banyak sekali buku-buku yang berjajar di dalam rak.


(dok.pribadi - koleksi buku di Rumah Baca Sang Petualang)

Buku-buku yang tersedia bukan hanya buku-buku bacaan seperti komik ataupun novel, namun tersedia pula buku-buku ilmu pengetahuan bahkan buku mengenai keagamaan. Luar biasa sekali! Ada hal yang lebih menakjubkan lagi, rumah baca ini sifatnya bebas. Setiap anak dapat meminjam kapanpun mereka mau, karena perpustakaan ini terbuka 24 jam. Anak-anak hanya tinggal menuliskan namanya dalam buku daftar peminjaman saja dan mengembalikan tepat waktu. Semuanya tidak dipungut biaya sama sekali. 


(dok.pribadi - koleksi buku yang belum disortir)

Ada beberapa buku yang masih tersimpan rapi di rak yang terletak di gazebo karena belum sempat disortir. Sayangnya, kami tidak bisa berbincang langsung dengan Mas Wahyudi yang merupakan pengagas terbentuknya Rumah Baca Sang Petualang ini. Kebetulan, beliau sedang pergi ke Jakarta. Sehingga saya dan teman-teman hanya berbincang-bincang dengan Ayah Mas Yudi dan Iqbal. 


(dok.pribadi - ayah Mas Yudi dan Iqbal)

Ayah mas Yudi bercerita bahwa sudah banyak pihak yang ikut turun tangan dari dan memberikan bantuan, baik berupa buku maupun berupa dana. saya sangat tertarik, bagaimana awalnya mas Yudi ini mengagas ide untuk membangun sebuah rumah baca di desanya. Ayah mas Yudipun bercerita bahwa awalnya keinginan mas Yudi hanya membuat sebuah rumah baca agar anak-anak di sekitar dapat memperoleh pengetahuan dari membaca tersebut. Selain itu, dengan membangun sebuah rumah baca ini, diharapkan rumah baca ini akan terus selalu ada dan memberi manfaat bagi sekitarnya bahkan ketika mas Yudi sudah tiada lagi. Rumah Baca ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia dan akhirat. Sungguh niat yang sangat mulia. 

Niat baik akan selalu menjadi magnet bagi niat baik lainnya bukan? Mas Yudi yang awalnya hanya mengandalkan dananya sendiri dengan menyisihkan gajinya, bahkan rela menjual sepeda motornya demi membangun rumah baca ini, akhirnya mendapat bantuan dari banyak pihak. teman-temannya dari luar kotapun mengirim banyak bantuan baik berupa buku maupun dana untuk keberlangsungan rumah baca ini. Dengan bantuan dana tersebut, mas Yudi akhirnya dapat membangun sebuah gazebo untuk Rumah Baca Sang Petualang di halaman rumahnya sendiri setelah beliau menyewa sebuah lahan untuk lokasi sebelumnya. 


(dok.pribadi - gazebo Rumah Baca Sang Petualang)

Seperti sebuah tulisan yang ditempelkan oleh Kak Nicko di whiteboard yang ada di gazebo, from caring comes courage. Banyak dari kita mungkin tidak peka terhadap permasalahan yang ada di sekitar, atau mungkin kita peka namun hanya berpikir dan menunggu digerakkan. Beruntunglah warga desa Tirtosuworo ini memiliki mas Yudi yang peka terhadap keadaan lingkungannya dan langsung melakukan aksi untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Tidak banyak orang yang mampu melakukan seperti ini. Terima kasih atas inspirasi yang telah diberikan kepada kami, mas Yudi. Sekarang giliran anda, sudahkah anda keluar rumah dan melihat permasalahan yang tengah terjadi di sekitar anda? Sudahkah anda berbuat sesuatu untuk menjadikan keadaan tersebut menjadi lebih baik? Jika belum, mulailah dari sekarang!

1 komentar:

Bergerak dari keterbatasan

07.21 Anindhyta P Pradipta 1 Comments

Sabtu pagi kali ini terasa berbeda, saya merasakan ada semangat yang luar biasa dalam diri saya. Biasanya saya lebih suka menghabiskan waktu dengan bersantai di hari Sabtu, namun pagi ini saya sudah mulai mengepak beberapa barang saya untuk mengunjungi suatu tempat. Tak lupa saya masukkan kamera saya, sayang sekali jika nanti ada momen yang saya lewatkan begitu saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.00, saya harus segera berangkat untuk bertemu dengan salah satu teman saya. Rencananya kami hari ini akan pergi ke Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri untuk melakukan survey pemetaan terhadap masalah pendidikan. Pemetaan ini dilakukan untuk menentukan tema yang akan kami angkat sebagai tema Kelas Inspirasi Wonogiri. Komunitas kami ini bergerak untuk menginspirasi anak-anak sekolah dasar melalui profesi. Anak-anak nantinya akan diperkenalkan dengan beberapa pekerja yang memang sudah ahli di bidangnya, agar nantinya mereka mempunyai gambaran mengenai cita-cita di masa depan dan termotivasi untuk melanjutkan pendidikan hingga cita-citanya tersebut terwujud. Kelas Inspirasi sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, karena hampir di setiap pulau di Indonesia memiliki komunitas Kelas Inspirasi di masing-masing daerahnya.

Akhirnya saya bertemu dengan dua teman saya yang berasal dari kecamatan Girimarto. Dua wanita super ini rela mengendarai motor dan menempuh perjalanan yang jauh demi ikut serta dalam survey kali ini. Luar biasa! Kamipun dengan penuh semangat melanjutkan perjalanan, walaupun sebenarnya tidak ada salah satupun dari kami yang mengetahui pasti letak tujuan yang akan kami kunjungi, bahkan kami tidak memiliki tujuan pasti SD mana yang akan kami kunjungi. Hahahaha, sebutlah ini wanderlust! 

Pergilah kami ke arah selatan dari kecamatan Ngadirojo dengan bermodalkan google map. Kami menempuh perjalanan kurang lebih satu jam untuk sampai di kecamatan Giriwoyo. Begitu sudah sampai, bingunglah kami, manakah SD yang kira-kira bisa menjadi tempat kami menggali informasi mengenai permasalahan pendidikan di kecamatan tersebut. Kamipun memacu kendaraan kami pelan sambil melihat kanan dan kiri apabila terdapat SD. Patokan kami hanya, ada SD, kami belok! 

Pencarian kami berakhir pada sebuah SD yang berada di sudut pertigaan besar antara jalan menuju Giriwoyo, Pacitan, dan Pracimatoro. Kami segera membelokkan arah menuju ke SD tersebut, namun ternyata kondisi SD tersebut masih cukup bagus. Tampaknya SD ini adalah SD induk utama di kecamatan Giriwoyo, dan ketika kami bertanya pada seorang bapak yang kami temui di sekolah ini, memang benar dugaan kami, SD ini adalah SD induk di kecamatan Giriwoyo. Namun kali ini, keberuntungan sedang tidak menaungi kami karena Bapak Kepala Sekolah sedang pergi ke luar kecamatan untuk mendampingi Lomba Pramuka. Pupuslah harapan kami untuk bertemu Kepala Sekolah dan bertanya langsung bagaimana perkembangan pendidikan di Giriwoyo dan permasalahan apa yang dihadapi Bapak Kepala Sekolah selama memimpin sekolah. Kami sedikit bingung akan melangkah kemana setelah ini. Kemudian saya teringat ada sebuah desa di kecamatan Giriwoyo yang memiliki sebuah Rumah Baca yang dibangun oleh local champion. Saya masih ingat betul Rumah Baca tersebut terletak di desa Tirtosuworo, dusun Tlaga Bandung. Lalu, saya beranikan diri untuk bertanya ke pada Bapak yang kami temui tersebut dimanakah letak desa Tirtosuworo tersebut.

“Lurus mawon, mangke sakderenge dalan ajeng teng Pacitan, njenengan belok kanan. Dalane mboten sae, rusak sedoyo” (Lurus saja, nanti sebelum jalan ke Pacitan, belok saja ke kanan. Jalannya tidak bagus, rusak semua). Terang saja, penjelasan itu membuat kami tersenyum simpul. Petualangan baru dimulai, tanpa peta, hanya bermodalkan penjelasan orang, akankah kami menemukan SD tersebut?

Setelah itu kami melewati jalanan yang berliku dan hanya tersusun dari bebatuan serta naik turun, menyusuri tepian gunung yang tandus, benar-benar melelahkan. Kamipun harus berpeluh karena matahari tak berhenti menyengat kami. Namun, tekad kami jauh lebih besar dari kelelahan kami. Pencarian kami akhirnya membuahkan hasil, kami menemukan SD III Tirtosuworo. Pandangan polos anak-anak itu dalam sekejap langsung mengarah kepada kami. Bahkan mereka yang ada di dalam kelaspun ikut keluar untuk melihat kami.

“ Mbaaak, digoleki Ani” (Kak, dicari Ani)

“ Mbaaak, digoleki Deri” (kak, dicari Deri)


Saya dan teman-teman kontan terbahak melihat respon mereka yang begitu antusias melihat kami. Kemudian tak lama datanglah seorang guru yang melihat keberadaan kami. Kamipun dipersilahkan untuk ke kantor dan menunggu sebentar untuk bertemu Bapak Kepala Sekolah yang kebetulan sedang pergi sebentar. Tak begitu lama, datanglah Bapak Kepala Sekolah yang kami tunggu. Lelaki paruh baya tersebut menjabat kami dengan penuh keakraban. 

Awalnya kami menyampaikan tujuan kami kemari dan siapakah kami. Barulah kami bertanya mengenai bagaimana Pak Kasiran, Kepala Sekolah SD III Tirtosuworo ini mengelola sekolah. Rupanya SD III Tirtosuworo ini adalah salah satu dari sekian SD yang selamat dari ancaman penggabungan atau bahkan penutupan karena kurangnya murid. Jumlah total murid SD ini ada 62 orang. Sangat susah untuk mendapatkan murid bagi sekolah-sekolah di desa, dikarenakan kebanyakan penduduk yang tinggal di desa bukanlah penduduk dengan usia produktif. Mayoritas penduduk desa Tirtosuworo adalah kalangan lanjut usia yang tinggal bersama cucu mereka, sedangkan anak-anak mereka memilih untuk merantau ke kota-kota besar, seperti Jakarta. Memang, jika melihat kenampakan alam di Giriwoyo, lahan di daerah tersebut kurang produktif untuk bercocok tanam. Mungkin itulah yang menjadi salah satu alasan para penduduk di usia produktif meninggalkan desa mereka untuk merantau. 


Namun kepergian penduduk usia produktif ini ternyata tidak hanya berdampak pada penyusutan jumlah murid, namun juga pada motivasi siswa untuk belajar. Murid-murid biasanya tinggal dengan nenek dan kakek mereka yang tidak peduli, entah mereka ingin sekolah atau tidak. Walaupun jika dilihat dari data beberapa tahun belakangan ini, angka putus sekolah sudah menurun. Ternyata permasalahan pendidikan di daerah cukup pelik, satu masalah akan berkaitan dengan masalah yang lain dan dampaknya tidak sederhana. Tak jarang, Pak Kasiran harus mendatangi rumah murid-muridnya jika salah satu diantara mereka ada yang tidak masuk sekolah dalam waktu lama. Pak Kasiranpun terus memotivasi mereka agar tetap rajin datang ke sekolah. Saya menatap dalam mata Bapak tersebut ketika sedang bercerita, dan kali ini saya hanya bisa menghela nafas panjang. Ah! Betapa mulianya Bapak ini, dia begitu tulus untuk memajukan desanya.




Selain itu, ada satu hal yang menarik dari sekolah ini. SD III Tirtosuworo ini ternyata memiliki proyek mandiri yang disesuaikan dengan muatan lokal sekolah, yaitu di bidang pertanian dan peternakan. Dengan memanfaatkan fasilitas yang ada, Pak Kasiran mengajak guru-guru dan murid-muridnya untuk membuat peternakan ayam yang tidak berbau. Beliau menaburkan arang sekam yang di bawah tempat pemeliharaan ayam mereka. Selain itu, mereka juga melakukan budidaya jamur. Proyek mandiri seperti ini jarang sekali ditemukan di SD-SD lain yang lokasinya di kota. Inisiatif dan inovasi Pak Kasiran ini patut diapresiasi. 


Bergerak dari segala keterbatasan yang ada, bahkan kepedulian pemerintah daerah terhadap pembangunan SD III Tirtosuworo ini, SD ini mencoba untuk tetap bangkit dan terus mendampingi anak-anak desa Tirtosuworo menggapai cita-cita mereka. Keterbatasan bukanlah alasan untuk tidak maju dan tidak bergerak ke depan. Terkadang, keterbatasan adalah lecutan hebat untuk kita agar kita dapat melesat mengejar mimpi kita. Satu-satunya hal yang kita butuhkan adalah kita harus mempercayai diri kita, mempercayai mimpi kita, dan mempercayai bahwa Tuhan selalu bersama usaha dan doa kita. Terima kasih untuk pembelajarannya SD III Tirtosuworo :)


1 komentar:

Dia yang tepat, akan membantu menemukan versi terbaikmu.

18.55 Anindhyta P Pradipta 0 Comments

"You know you’re in love with the right person when falling in love with him turns you into the best version of yourself."

 

Begitulah salah satu kalimat yang pernah saya baca dalam buku Ika Natassa yang berjudul Twivortiare 2. Terkadang kita sendiri sering bertanya di dalam hati, siapa sebenarnya orang yang tepat untuk kita? Apakah orang tersebut adalah orang yang sesuai dengan kriteria kita? ataukah dia orang yang selalu bersama kita? atau dia orang yang selalu dapat kita andalkan? Pada dasarnya, jawaban mengenai orang yang tepat untuk kita sangatlah beragam, bergantung pada individu masing-masing. Namun, seringkali kita rancu antara orang baik dan orang tepat. Orang baik tentunya akan membawa kita pada kebaikan sedangkan orang tepat bukan sekedar membawa kita pada kebaikan, namun mampu menampilkan sisi terbaik dari kita.

Berikut 4 tanda jika dia memang seseorang yang tepat untukmu:

1. Dia tidak selalu sejalan denganmu, terkadang dia  membuatmu kembali berpikir atas perilakumu.

Orang yang tepat untukmu bukanlah orang yang selalu membenarkan setiap hal yang kamu lakukan. Dia adalah orang yang mampu memberitahumu ketika kamu berbuat salah. Dia adalah orang yang tahu betul bahwa tindakan tidak tepat yang kamu lakukan terkadang dapat membawa akibat bagi orang lain. Meskipun terkadang perkataanya atau penyampaiannya tidak selalu sesuai yang kamu harapkan, tetapi percayalah, dia hanya ingin kamu menjadi pribadi yang lebih bijak dalam menentukan langkah.

2. Dia bukan hanya sekedar mengenalmu, namun dia mengetahui potensi dalam dirimu dan membantumu mengasahnya.

Kebanyakan orang hanya mengenal namamu, sebagian dari mereka akan mengetahui mengenai keluargamu, teman-temanmu, dan hobimu. Namun si orang yang tepat ini, akan mengetahui potensi terbaik dari dirimu. Kita mengetahui setiap orang mempunyai bakat yang terpendam dalam dirinya. Beruntunglah bagi mereka yang sudah menemukan dan segera mengasahnya, namun beberapa diantara kita terkadang masih bingung apa yang menjadi bakat kita. Orang yang tepat akan membantumu menemukan potensimu dan selalu mendukungmu. Dia tak hanya mampu melihat apa yang orang lain tidak lihat, namun dia mampu membuatmu menemukan kepercayaan dirimu untuk menjadi sisi terbaik lewat kelebihan yang Tuhan titipkan padamu.

3. Dia tidak selalu mengulurkan tangan untukmu, dia membuatmu menjadi orang yang mandiri.

Roda kehidupan yang berjalan, membuat hidup kita tidak selalu berada di atas. terkadang kita harus di bawah dan merasakan kesedihan. Teman yang peduli akan datang dan bertanya, sahabat akan mendengarkanmu dan menguatkan, lalu apa yang akan "orang tepat" lakukan? Dia adalah yang berada disisimu dan mendengarmu. Dia terkadang hanya duduk dan mendengarkan, karena dia tahu bahwa kamu hanya butuh didengarkan. Dia bukan orang sok tahu yang akan menasehatimu. Namun ketika kamu meminta saran padanya, maka dia akan menjelaskan sudut pandangnya dan membiarkanmu melihat dari jendela berpikir orang lain. Dia akan mengajakmu untuk melihat dari berbagai sisi. Dia tahu dia dapat menunjukkan cara untuk mengatasi masalah atau memaksamu menggunakan caranya, namun tidak. Dia hanya akan menunjukkan "jalan" untuk menyelesaikannya dan membiarkanmu menjadi orang mandiri yang dapat membuat keputusan sendiri. Karena dia sadar, ini hidupmu, dan itu semua pilihanmu.

4. Dia tak selalu sesuai dengan kriteriamu, tetapi dia adalah orang yang kamu butuhkan.

Dia mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan orang yang selama ini kamu inginkan, namun dia adalah orang yang kamu butuhkan. Dia selalu mampu membuatmu  menjadi dirimu sendiri. Dia yang selalu tahu apa yang harus dia lakukan terhadapmu, karena dia mampu memahamimu. Bukan hanya sekedar mengenalmu atau dekat denganmu. Tanpa kamu mengatakan, dia akan memahami dengan benar apa yang kamu inginkan. Oleh karena itu, kehadirannya saja selalu membuatmu merasa nyaman. 

"Indeed, your presence comfort me"
Begitulah dia si orang yang tepat, dia akan membawamu pada sisi-sisi terbaikmu yang mungkin kamu sendiri tidak menyadari. Sudahkah kamu menemukannya?

0 komentar:

Rumah Hebat Indonesia, Rumah Harapan Anak Indonesia

22.47 Anindhyta P Pradipta 0 Comments

Sore itu sepulang mengajar, saya bergegas mengambil tas dan kembali ke kost. Tempat baru yang saya akan kunjungi sore ini saya yakin akan memberikan cerita baru yang menarik lagi. Akhirnya, pergilah sore ini saya menuju ke Rumah Hebat Indonesia. Hanya berbekal alamat yang saya ketahui di twitter, saya mencari letak Rumah Hebat Indonesia ini.

Rumah Hebat Indonesia yang bertempat di daerah Rejosari, Gilingan, Banjarsari ini merupakan wadah untuk para anak muda yang memang benar-benar peduli lingkungan untuk berpartisipasi aktif membantu para anak-anak yang berada di sekitar wilayah Rejosari. Wilayah Rejosari sendiri merupakan wilayah yang terletak di bantaran sungai yang sangat padat penduduk. 

Tidak terlalu sulit mencari Rumah Hebat Indonesia atau RHI ini, sesuai dengan keterangan yang telah diberikan oleh Mas Tomy, salah satu pengurus di yayasan RHI yang sudah saya hubungi terlebih dahulu lewat whatsapp, saya masuk ke belokan pertama di seberang Pom Bensin daerah Rejosari. Saya menanyakan kepada penduduk dimana tepatnya lokasi tersebut berada. Ternyata para penduduk sudah sangat familiar dengan RHI, sehingga mereka langsung menunjukkan letak lokasi RHI.

Sesampainya disana, saya bertemu dengan Mas Sandi dan Mas Tomi. Saya berbincang-berbincang dengan dua pemuda tersebut yang ternyata usianya sepantaran dengan saya. Saya menyampaikan maksud kedatangan saya kesana, bahwa saya sangat ingin untuk bergabung menjadi volunteer di Rumah Hebat Indonesia. Mereka menanggapi keinginan saya dengan sangat baik. 


Suasana keakraban sangat terasa ketika saya memasuki rumah tersebut, hal ini membuat saya merasa tidak menjadi orang asing. Rumah yang terdiri dari dua lantai ini sudah penuh dengan hasil karya anak, buku-buku, bahkan piala-piala yang mereka peroleh selama bergabung dengan Rumah Hebat Indonesia. 


Mas Tomi menjelaskan bahwa di Rumah Hebat Indonesia ini terdapat banyak kegiatan, seperti kelas pintar, kelas minat bakat, kelas internasional, perkusi, bahkan teater. Mereka sering sekali mengikuti lomba dan mengadakan event. Event terbaru mereka adalah Pahlawan Hijau yang akan berlangsung selama bulan Januari-Februari tahun ini. Mereka akan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang bertemakan green living. Mendengar cerita dari Mas Tomi ini, saya sangat antusias untuk ikut berpartisipasi.

Lalu, mereka memperkenalkan kepada saya mengenai ruang-ruang yang ada di Rumah Hebat Indonesia. Ternyata, sore ini saya sangat beruntung. Tiba-tiba suasana menjadi ramai karena datang 3 orang anak yang ingin belajar.

“Mbak, aku diwarai PR matematika yo mbak” kata salah satu anak dalam bahasa Jawa yang artinya “Kak, ajarin aku PR matematika dong”. Tanpa pikir panjang, sayapun menjawab “Ayo !”. Lalu adik-adik itu mengajak saya ke bangunan atas. Salah satu anak yang bernama Happy langsung sibuk memilih meja yang ingin dia gunakan. Kakak-kakak volunteer pun membantu kami menyiapkan tempat untuk belajar dan juga peralatannya. Sore hari inipun kami mengisi hari dengan menyelesaikan PR Matematika tentang pecahan. Ini adalah salah satu hal yang paling saya sukai, bersama dengan anak-anak dan berinteraksi dengan mereka. Apalagi melihat mereka sangat antusias dalam belajar. Ketika PR selesai, mereka tak lantas ingin pulang. Mereka meminta untuk diberikan soal lagi. Wow, hebat bukan? Semangat mereka yang luar biasa ini tidak boleh kita abaikan, karena semangat inilah yang kita perlukan untuk membangun Indonesia yang lebih baik.




Berada di tempat ini membuat saya merasa lebih hidup. Semangat yang ada baik di Rumah Hebat Indonesia ini membawa keyakinan saya bahwa kita mampu berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik, diawali dari hal-hal kecil dan dari hati. Semua hanya memerlukan niat dan kesediaan waktu kita untuk berbagi. Jika kita tidak bisa menemukan orang yang peduli terhadap perubahan bagi negara kita, atau khusunya daerah kita. Kenapa bukan kita sendiri yang berusaha untuk menjadi orang yang peduli itu? Ini tidak akan membuat kita menjadi rugi, justru akan memberikan pengalaman dan keluarga baru bagi kita.

Akhirnya, persoalan matematikapun telah selesai. Hari sudah berganti malam. Saya memohon ijin untuk pulang karena sudah mendengar suara adzan dan saya harus beribadah. Adik-adikpun meminta saya untuk kembali lagi ke Rumah Hebat Indonesia lagi agar dapat belajar bersama mereka. Sore yang sangat menyenangkan ! Terima kasih adik-adik dan kakak-kakak volunteer Rumah Hebat Indonesia, tunggu kedatangan kak Dita lagi ya J

Bagi yang ingin berkunjung, silahkan datang di Rumah Hebat Indonesia di Jalan Rejosari RT 03 RW 15, Ngemplak, Gilingan, Banjarsari, Surakarta (gang seberang Pom Bensin Baru setelah terminal Tirtonadi)

0 komentar: