Kutulis surat untuk diriku, 5 tahun lagi.

23.49 Anindhyta P Pradipta 0 Comments



Hai diriku, apa kabarmu ?
Bila surat ini kau terima, ku pastikan kau tengah tersenyum sambil membaca surat ini.
Surat ini dari aku, dirimu di masa lalu, lima tahun yang lalu, lima tahun yang telah berlalu.

Aku berbahagia,
Untuk kebahagianmu yang telah menemukan separuh dari dirimu, seseorang yang kompatibel untuk bersamamu. Ini cara Tuhan menjelaskan kepadamu, mengapa hubungan yang seperti yang kamu jalani saat ini tidak pernah kamu temukan dalam kehidupanmu yang sebelumnya, why it never worked out with anyone else. Kamu akhirnya menyadari bukan, bahwa yang selalu dicari akan kalah dengan yang memberikan dirinya untuk ditemukan? Kalian adalah dua orang yang saling menemukan dan merasa cukup dengan kehadiran satu sama lain. Seperti kata Plato:
“According to Greek mythology, humans were originally created with four arms, four legs and a head with two faces. Fearing their power, Zeus split them into two separate parts, condemning them to spend their lives in search of their other halves.”
Kini berterima kasihlah bahwa akhirnya kamu sudah bertemu dengannya, dan menjalani hidup bersamanya. Kamu sudah paham bukan, ini bukan tetang mencari seseorang yang mampu menutupi kelemahanmu, bukan pula tentang manusia super yang sesuai dengan pikiranmu, tapi ini seseorang yang mampu berjalan bersamamu, memahami setiap jengkal pikiranmu. Kalian tidak bertanggung jawab untuk menutupi kelemahan satu sama lain, ingat, itu masing-masing dari kalian bertanggung jawab atas dirinya masing-masing, bukan membebankan tanggung jawab pada pasangan kalian. Kamu sudah menyadarinya bukan?
Hai, diriku 5 tahun lagi.
Apa kabar dengan mimpi-mimpimu? Bagaimana perasaanmu melihat satu persatu doamu dijawab oleh pencipta-Mu? Menyenangkan bukan? Kamu sekarang memahami bukan, segala sesuatu ini adalah dari kerja pikiranmu dan doa. Ketika kamu hendak melakukan sesuatu, pikiranmu yang akan mengendalikan segala tindakanmu. Dia akan menuntunmu perlahan-lahan untuk mencapai hal yang kamu inginkan, begitupula dengan doamu. Alampun seakan berkonspirasi untuk mendukungmu mencapai semua mimpi-mimpi dan perlahan keajaiban-keajaiban pun terjadi. Jadi, itulah kenapa sejak dari dulu kutegaskan, dengarkan suara hatimu, walaupun terdengar lemah, namun itulah yang sebenarnya kamu inginkan. Berilah hatimu sebuah kepercayaan, percayalah dia tidak akan membawa dirimu pada tempat yang salah. 

Lalu,
Bagaimana dengan anak kecil yang kini kau genggam tangannya? Lihatlah betapa beruntungnya Allah memberikanya padamu, sebuah kepercayaan yang tidak ternilai harganya. Inilah mengapa sedari dulu hatimu berkeras, jadilah seorang wanita, yang kamu inginkan untuk menjadi istri dari anak laki-lakimu nanti atau sosok wanita idola untuk anak perempuanmu. Anak kecil yang tengah bersamamu dan suamimu kini, adalah titipannya. Memang dia lahir dari rahimmu, namun ingatlah, dia berhak atas jiwanya dan tubuhnya sendiri. Bebaskan dia tumbuh menjadi yang dia mau, bukan yang kalian mau. Biarkan dia tumbuh dengan pikiran-pikirannya sendiri dan menjadi sosok yang menginspirasi bagi sekitarnya.

Diriku 5 tahun lagi,
Teruslah hidup dalam kedamaian hatimu sendiri seperti ini. Selalu mulai hari dengan membahagiakan diri sendiri, kebahagiaanmu nantinya akan menjadi magnet bagi kebahagiaan-kebahagiaan yang lainnya. Jangan pernah menggantungkan kebahagiaanmu di tangan orang lain, jangan bebankan tanggung jawab kepada orang lain lalu menyalahkan mereka ketika tidak mampu melakukannya. Kamu! yang harus bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Pekalah terhadap sekitarmu, pedulilah, karena kamu tahu dengan pasti bahwa bermula dari kepeduliaan inilah yang akan memunculkan dorongan dari hatimu untuk melakukan sesuatu yang berguna untuk orang lain.
 From caring comes courage - Lao Tzu
Diriku, percayalah . . .
Memang dunia akan selalu berputar, dan tidak selalu keadaan berpihak kepadamu. Akan ada waktu kamu harus menunduk dan menangis, lalu munculah waktumu untuk menengadahkan wajahmu dan tertawa. 
Forever is temporary
Tidak ada yang selamanya di dunia ini, yang harus kamu selalu percaya adalah Allah akan selalu bekerja tepat pada waktu-Nya. Meskipun terkadang tidak sesuai dengan waktu-Mu. Kamupun harus percaya, Allah tidak pernah melempar dadu, semua yang terjadi bukan karena kebetulan. Bahkan kamu paham benar, bahwa daun yang berguguranpun atas ijin dan kehendak-Nya. Kamu dibawa sejauh ini bukan untuk terjatuh, bukan tanpa alasan, tugasmu adalah memahami pelajaran yang Allah sertakan dalam setiap lembaran hidupmu. Jika kamu berada pada keadaan seburuk apapun, bukan berati Allah tidak menyayangimu, Ia hanya sedang mengujimu, sejauh mana keimananmu meyakini bahwa segala perjalanan ini adalah caranya memberikan yang terbaik untukmu. Pun ketika kebahagiaan sedang menaungimu, jangan lupa untuk bersyukur dan berbagi dengan sekitarmu.

Lakukanlah sesuatu di hari ini, yang akan membuat dirimu di kemudian hari berterimakasih atas apa yang kamu lakukan hari ini. Karena setiap hari akan menawarkan cerita yang berbeda, dan detik tidak pernah berjalan mundur. Kamu harus membuat setiap harinya, setiap perjalanannya berati untukmu, dan sekitarmu.

Dariku,

Dirimu 5 tahun yang lalu.

0 komentar:

Perpustakaan Daerah, riwayatmu kini.

03.08 Anindhyta P Pradipta 2 Comments

Sudah sejak beberapa tahun, saya tidak menjejakkan kaki  di tempat ini. Sejak saya masih duduk di bangku SD, saya sangat rajin berkunjung ke tempat ini, paling tidak seminggu sekali, bahkan kadang lebih dari sekali saya mengunjungi tempat ini. Perlu diketahui, di kota tempat saya berasal tidak ada toko yang menjual buku, selain buku pelajaran. Itulah yang menjadikan perpustakaan daerah ini sebagai penawar rasa ingin tahu saya, pemuas dahaga akan ilmu pengetahuan. 



( dok.pribadi -Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonogiri)

Sebelum memasuki perpustakaan daerah ini, saya sempat beberapa anak sedang bermain di gazebo. Mereka tampaknya berbincang mengenai sesuatu, namun mengapa tak satupun dari mereka yang membawa buku? Saya menyimpan pertanyaan tersebut dalam hati, dan melangkahkan kaki saya masuk ke dalam.



                                  ( dok.pribadi - Gazebo Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonogiri)

Sesampainya di dalam, saya melihat perubahan yang cukup baik dalam penataan ruang dan penataan buku dibandingkan terakhir kali saya mengunjungi tempat ini. Namun, mengapa suasananya justru berbanding terbalik? Dahulu, perpustakaan sangat ramai jika hari Sabtu tiba karena jam sekolah lebih cepat. Bahkan seringkali saya harus mengantri untuk meminjam karena buku yang ingin saya pinjam sudah diambil oleh orang lain. Hari ini? Tidak ada satupun pengunjung yang datang selain saya.




(dok.pribadi - suasana perpustakaan daerah yang sepi)

Saya mengisi buku daftar pengunjung, ternyata saya adalah orang ke 5 yang menginjakkan kaki di perpustakaan daerah ini. Saya kemudian membuka buku daftar peminjam perpustakaan, alangkah kagetnya saya ketika melihat daftar peminjam. Sungguh, sangat sedikit sekali orang yang meminjam di perpustakaan daerah sekarang. Apakah minat baca anak-anak dan orang yang tinggal di Wonogiri memang sudah menurun atau koleksi bukunya yang mungkin kurang? Saya membatin di dalam hati. Lalu, saya memasuki bagian koleksi buku untuk mendapatkan jawaban atas tanda tanya saya ini.




( dok.pribadi - koleksi buku novel  perpustakaan daerah)

Koleksi buku-buku di perpustakaan daerah sudah bertambah sangat banyak jika dibandingkan terakhir kali ketika saya mengunjunginya. Beberapa novel untuk anak-anak, remaja, dewasa, buku motivasi, buku ilmu pengetahuan tentang alam, buku keagamaan juga tersedia. Saya juga masih dapat menemukan koleksi komik lama yang menjadi favorit saya ketika saya masih duduk di bangku SMP. Ya, koleksi komik Mahabharata !




( dok.pribadi - koleksi bukukomik  perpustakaan daerah)

Lucunya, saya masih dapat menemukan tanda tangan saya di daftar peminjam yang tertempel di komik ini. Hal ini menandakan bahwa komik ini sudah lama sekali tidak ada yang meminjam. Padahal, komik ini sarat dengan makna dan membuat saya mengerti tentang cerita wayang tanpa merasa bosan.


( dok.pribadi - koleksi majalah  perpustakaan daerah)

Sayapun beranjak dan berpindah ke arah barat di mana terdapat rak-rak yang berisi majalah anak dan dewasa. Sayapun mendapati bacaan favorit saya ketika masih SD, yaitu majalah Bobo. Dulu, saya selalu berlangganan majalah ini. Setiap hari Kamis, saya selalu menunggu kedatangan bapak pengantar untuk menikmati cerita-cerita tentang Bona dan Rong Rong, Nirmala dan Oky, serta cerita tentang Bobo sendiri. Bahkan, saya dulu sering menyewakan majalah Bobo saya kepada teman-teman dengan harga Rp 100,00 untuk setiap majalah. Semua teman-teman saya sangat antusias untuk meminjam dari saya. Tapi mengapa sekarang ini, ketika sudah tersedia secara gratis, justru majalah ini sepi peminat? mengapa majalah-majalah dan buku yang disini tidak cukup untuk menarik minat adik-adik yang sedang berada di gazebo itu untuk masuk ke dalam dan membaca?




( dok.pribadi - koleksi buku bacaan anak berbahasa inggris perpustakaan daerah)

Sayapun melanjutkan masuk ke dalam ruangan yang terletak di belakang rak majalah ini, lagi-lagi saya dibuat terkejut karena mendapati buku bacaan yang berbahasa Inggris di rak ini. Tidak pernah ada sebelumnya dalam sejarah 12 tahun saya mengunjungi tempat ini dan mendapati buku bacaan untuk anak yang bebahasa Inggris. Betapa gembiranya saya jika ini saya dapati buku ini ketika saya masih kecil. Saya benar-benar dibuat heran mengapa perpustakaan daerah ini sepi. 




( dok. pribadi - reading corner  Perpustakaan Daerah Kab. Wonogiri)

Bahkan di belakang rak buku bacaan anak berbahasa Inggris ini tadi terdapat reading corner yang dapat digunakan anak-anak maupun orang dewasa untuk membaca dengan santai. Sungguh sayang sekali jika perpustakaan yang sudah memiliki fasilitas baik ini hanya dibiarkan begitu saja.



Sayapun kembali ke rak-rak buku dan mengambil sebuah buku untuk saya pinjam. Sambil menulis di buku peminjaman, saya sempat berbincang sebentar dengan penjaga perpustakaan. Dari mbak Wening dan mbak Wahyu, saya mendapatkan informasi bahwa memang pengunjung perpustakaan kini sudah jauh berkurang daripada jaman dahulu. Hanya beberapa anak SD dan SMP yang masih berkunjung, itupun jarang sekali dari mereka yang meminjam buku. Seringkali ada kunjungan dari TK dan PAUD, namun bukan untuk membaca, melainkan lebih kepada pengenalan perpustakaan untuk outing class. Pengunjung kategori dewasa juga mengalami penurunan dalam jumlahnya.

Pandangan saya sempat tertuju pada mobil perpustakaan keliling. Sayapun menanyakan tentang perpustakaan keliling tersebut, sudah sejauh mana perpustakaan tersebut menjangkau daerah-daerah yang ada di Wonogiri? Perpustakaan keliling tersebut ternyata sudah memiliki jadwal tertentu dari hari Senin-Kamis, kadangkala ada kunjungan yang dilakukan atas dasar permintaan daerah yang bersangkutan. Namun, perpustakaan keliling ini belum menjangkau daerah pelosok, seperti Karangtengah dan Paranggupito.

Ironis sekali rasanya, melihat perpustakaan daerah yang begitu sepi sedangkan anak-anak yang berada di daerah pelosok justru begitu antusias membaca hingga berdirilah rumah baca seperti Rumah Baca Sang Petualang di Giriwoyo. Minat membaca yang berkurang bukan masalah yang sederhana, karena buku adalah salah satu cara untuk membuka pikiran kita untuk melihat dan memahami fakta-fakta yang ada di dunia ini, memahami sudut pandang orang lain melalui tulisan, bahkan mampu membantu kita untuk memperoleh inspirasi dan motivasi. 

Saya teringat akan salah satu perkataan yang pernah dikemukaan oleh Plato, "Books give a soul to the universewings to the mindflight to the imagination, and life to everything."  Sedari kecil saya sudah terbiasa hidup bersama buku-buku, dan bersama buku-buku itulah saya tumbuh. Dari buku, saya selalu mencoba melihat suatu sudut permasalahan bukan hanya dari sisi saya saja, melainkan dari sisi sebaliknya. Buku-buku ini membebaskan jiwa saya untuk berimajinasi dan mengerti dunia ini melalui jalan pikiran saya. Bersama buku-buku inilah saya merasa hidup. Ketika saya sedang dalam kondisi tidak baikpun, sebuah buku terkadang dapat menjadi obat penyembuh yang mujarab. 

Semoga, setelah ini saya akan menemukan langkah yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di depan mata saya ini. 

2 komentar:

Rumah Baca Sang Petualang, oase di tengah Giriwoyo

01.34 Anindhyta P Pradipta 1 Comments

Pernahkah anda membayangkan, anda tinggal di sebuah tempat yang sangat jauh dari keramaian kota? Anda berada di tempat yang jauh dari segala macam fasilitas yang ada. Kemudahan seperti akses internet dan membaca buku tidak pula dapat anda temukan? Itulah yang dialami oleh anak-anak yang tinggal di desa Tirtosuworo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Anak-anak di desa ini harus bergelut dengan keterbatasan yang ada. Untuk sekedar membaca buku, mereka hanya dapat mengandalkan perpustakaan sekolah. Sedangkan buku-buku di perpustakaan sekolah sudah mulai usang, bantuan dari pemerintah daerahpun jarang. Memang ada pilihan untuk membaca buku secara online di internet, namun ketersediaan akses internet pada masing-masing sekolahpun belum ada. Inilah mungkin salah satu alasan mengapa minat membaca anak-anak di daerah kurang.


Setelah kunjungan saya dan teman-teman di SD III Tirtosuworo, kamitertarik untuk mengunjungi sebuah rumah baca yang didirikan sendiri oleh local champion daerah tersebut. Awalnya saya mengetahui informasi ini dari kak Nicko, kemudian saya mulai mencari tahu lewat internet mengenai keberadaan Rumah Baca Sang Petualang. Akhirnya saya menemukan beberapa informasi melalui video youtube ini:


Oleh karena itu, kami tidak melewatkan kesempatan mengunjungi Rumah Baca Sang Petualang ini. Saya bertanya pada adik-adik di SD III Tirtosuworo yang mengetahui letak Rumah Baca Sang Petualang tersebut. Salah satu dari adik-adik tersebut mengangkat tangannya dan berkata " saya tahu, nanti saya antar kak". Kamipun berpamitan terlebih dahulu dengan bapak Kepala Sekolah kemudian menuju ke Rumah Baca bersama Iqbal, sang adik yang kuketahui namanya kemudian.

Tidak terlalu sulit untuk menemukan Rumah Baca Sang Petualang ini, namun jalan yang ditempuh tidak begitu mudah karena hanya tersusun atas bebatuan. Selain itu lokasinya juga cukup menanjak. Iqbal kami tawari untuk membonceng bersama kami, namun dia merasa sungkan. Dia memilih untuk berjalan kaki saja. Tak cukup lama, kurang lebih 10 menit,kami sudah sampai di lokasi.


(dok.pribadi - gerbang Rumah Baca Sang Petualang)

Teriknya matahari siang ini terbayar lunas ketika kami melihat gerbang Rumah Baca Sang Petualang. Tempat yang begitu sederhana ini layaknya oase yang mau menawar rasa haus anak-anak desa Tirtosuworo dalam membaca. Kami memasuki Rumah Baca Sang Petualang ini, dan mendapati banyak sekali buku-buku yang berjajar di dalam rak.


(dok.pribadi - koleksi buku di Rumah Baca Sang Petualang)

Buku-buku yang tersedia bukan hanya buku-buku bacaan seperti komik ataupun novel, namun tersedia pula buku-buku ilmu pengetahuan bahkan buku mengenai keagamaan. Luar biasa sekali! Ada hal yang lebih menakjubkan lagi, rumah baca ini sifatnya bebas. Setiap anak dapat meminjam kapanpun mereka mau, karena perpustakaan ini terbuka 24 jam. Anak-anak hanya tinggal menuliskan namanya dalam buku daftar peminjaman saja dan mengembalikan tepat waktu. Semuanya tidak dipungut biaya sama sekali. 


(dok.pribadi - koleksi buku yang belum disortir)

Ada beberapa buku yang masih tersimpan rapi di rak yang terletak di gazebo karena belum sempat disortir. Sayangnya, kami tidak bisa berbincang langsung dengan Mas Wahyudi yang merupakan pengagas terbentuknya Rumah Baca Sang Petualang ini. Kebetulan, beliau sedang pergi ke Jakarta. Sehingga saya dan teman-teman hanya berbincang-bincang dengan Ayah Mas Yudi dan Iqbal. 


(dok.pribadi - ayah Mas Yudi dan Iqbal)

Ayah mas Yudi bercerita bahwa sudah banyak pihak yang ikut turun tangan dari dan memberikan bantuan, baik berupa buku maupun berupa dana. saya sangat tertarik, bagaimana awalnya mas Yudi ini mengagas ide untuk membangun sebuah rumah baca di desanya. Ayah mas Yudipun bercerita bahwa awalnya keinginan mas Yudi hanya membuat sebuah rumah baca agar anak-anak di sekitar dapat memperoleh pengetahuan dari membaca tersebut. Selain itu, dengan membangun sebuah rumah baca ini, diharapkan rumah baca ini akan terus selalu ada dan memberi manfaat bagi sekitarnya bahkan ketika mas Yudi sudah tiada lagi. Rumah Baca ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia dan akhirat. Sungguh niat yang sangat mulia. 

Niat baik akan selalu menjadi magnet bagi niat baik lainnya bukan? Mas Yudi yang awalnya hanya mengandalkan dananya sendiri dengan menyisihkan gajinya, bahkan rela menjual sepeda motornya demi membangun rumah baca ini, akhirnya mendapat bantuan dari banyak pihak. teman-temannya dari luar kotapun mengirim banyak bantuan baik berupa buku maupun dana untuk keberlangsungan rumah baca ini. Dengan bantuan dana tersebut, mas Yudi akhirnya dapat membangun sebuah gazebo untuk Rumah Baca Sang Petualang di halaman rumahnya sendiri setelah beliau menyewa sebuah lahan untuk lokasi sebelumnya. 


(dok.pribadi - gazebo Rumah Baca Sang Petualang)

Seperti sebuah tulisan yang ditempelkan oleh Kak Nicko di whiteboard yang ada di gazebo, from caring comes courage. Banyak dari kita mungkin tidak peka terhadap permasalahan yang ada di sekitar, atau mungkin kita peka namun hanya berpikir dan menunggu digerakkan. Beruntunglah warga desa Tirtosuworo ini memiliki mas Yudi yang peka terhadap keadaan lingkungannya dan langsung melakukan aksi untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Tidak banyak orang yang mampu melakukan seperti ini. Terima kasih atas inspirasi yang telah diberikan kepada kami, mas Yudi. Sekarang giliran anda, sudahkah anda keluar rumah dan melihat permasalahan yang tengah terjadi di sekitar anda? Sudahkah anda berbuat sesuatu untuk menjadikan keadaan tersebut menjadi lebih baik? Jika belum, mulailah dari sekarang!

1 komentar: