Perpustakaan Daerah, riwayatmu kini.

03.08 Anindhyta P Pradipta 2 Comments

Sudah sejak beberapa tahun, saya tidak menjejakkan kaki  di tempat ini. Sejak saya masih duduk di bangku SD, saya sangat rajin berkunjung ke tempat ini, paling tidak seminggu sekali, bahkan kadang lebih dari sekali saya mengunjungi tempat ini. Perlu diketahui, di kota tempat saya berasal tidak ada toko yang menjual buku, selain buku pelajaran. Itulah yang menjadikan perpustakaan daerah ini sebagai penawar rasa ingin tahu saya, pemuas dahaga akan ilmu pengetahuan. 



( dok.pribadi -Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonogiri)

Sebelum memasuki perpustakaan daerah ini, saya sempat beberapa anak sedang bermain di gazebo. Mereka tampaknya berbincang mengenai sesuatu, namun mengapa tak satupun dari mereka yang membawa buku? Saya menyimpan pertanyaan tersebut dalam hati, dan melangkahkan kaki saya masuk ke dalam.



                                  ( dok.pribadi - Gazebo Perpustakaan Daerah Kabupaten Wonogiri)

Sesampainya di dalam, saya melihat perubahan yang cukup baik dalam penataan ruang dan penataan buku dibandingkan terakhir kali saya mengunjungi tempat ini. Namun, mengapa suasananya justru berbanding terbalik? Dahulu, perpustakaan sangat ramai jika hari Sabtu tiba karena jam sekolah lebih cepat. Bahkan seringkali saya harus mengantri untuk meminjam karena buku yang ingin saya pinjam sudah diambil oleh orang lain. Hari ini? Tidak ada satupun pengunjung yang datang selain saya.




(dok.pribadi - suasana perpustakaan daerah yang sepi)

Saya mengisi buku daftar pengunjung, ternyata saya adalah orang ke 5 yang menginjakkan kaki di perpustakaan daerah ini. Saya kemudian membuka buku daftar peminjam perpustakaan, alangkah kagetnya saya ketika melihat daftar peminjam. Sungguh, sangat sedikit sekali orang yang meminjam di perpustakaan daerah sekarang. Apakah minat baca anak-anak dan orang yang tinggal di Wonogiri memang sudah menurun atau koleksi bukunya yang mungkin kurang? Saya membatin di dalam hati. Lalu, saya memasuki bagian koleksi buku untuk mendapatkan jawaban atas tanda tanya saya ini.




( dok.pribadi - koleksi buku novel  perpustakaan daerah)

Koleksi buku-buku di perpustakaan daerah sudah bertambah sangat banyak jika dibandingkan terakhir kali ketika saya mengunjunginya. Beberapa novel untuk anak-anak, remaja, dewasa, buku motivasi, buku ilmu pengetahuan tentang alam, buku keagamaan juga tersedia. Saya juga masih dapat menemukan koleksi komik lama yang menjadi favorit saya ketika saya masih duduk di bangku SMP. Ya, koleksi komik Mahabharata !




( dok.pribadi - koleksi bukukomik  perpustakaan daerah)

Lucunya, saya masih dapat menemukan tanda tangan saya di daftar peminjam yang tertempel di komik ini. Hal ini menandakan bahwa komik ini sudah lama sekali tidak ada yang meminjam. Padahal, komik ini sarat dengan makna dan membuat saya mengerti tentang cerita wayang tanpa merasa bosan.


( dok.pribadi - koleksi majalah  perpustakaan daerah)

Sayapun beranjak dan berpindah ke arah barat di mana terdapat rak-rak yang berisi majalah anak dan dewasa. Sayapun mendapati bacaan favorit saya ketika masih SD, yaitu majalah Bobo. Dulu, saya selalu berlangganan majalah ini. Setiap hari Kamis, saya selalu menunggu kedatangan bapak pengantar untuk menikmati cerita-cerita tentang Bona dan Rong Rong, Nirmala dan Oky, serta cerita tentang Bobo sendiri. Bahkan, saya dulu sering menyewakan majalah Bobo saya kepada teman-teman dengan harga Rp 100,00 untuk setiap majalah. Semua teman-teman saya sangat antusias untuk meminjam dari saya. Tapi mengapa sekarang ini, ketika sudah tersedia secara gratis, justru majalah ini sepi peminat? mengapa majalah-majalah dan buku yang disini tidak cukup untuk menarik minat adik-adik yang sedang berada di gazebo itu untuk masuk ke dalam dan membaca?




( dok.pribadi - koleksi buku bacaan anak berbahasa inggris perpustakaan daerah)

Sayapun melanjutkan masuk ke dalam ruangan yang terletak di belakang rak majalah ini, lagi-lagi saya dibuat terkejut karena mendapati buku bacaan yang berbahasa Inggris di rak ini. Tidak pernah ada sebelumnya dalam sejarah 12 tahun saya mengunjungi tempat ini dan mendapati buku bacaan untuk anak yang bebahasa Inggris. Betapa gembiranya saya jika ini saya dapati buku ini ketika saya masih kecil. Saya benar-benar dibuat heran mengapa perpustakaan daerah ini sepi. 




( dok. pribadi - reading corner  Perpustakaan Daerah Kab. Wonogiri)

Bahkan di belakang rak buku bacaan anak berbahasa Inggris ini tadi terdapat reading corner yang dapat digunakan anak-anak maupun orang dewasa untuk membaca dengan santai. Sungguh sayang sekali jika perpustakaan yang sudah memiliki fasilitas baik ini hanya dibiarkan begitu saja.



Sayapun kembali ke rak-rak buku dan mengambil sebuah buku untuk saya pinjam. Sambil menulis di buku peminjaman, saya sempat berbincang sebentar dengan penjaga perpustakaan. Dari mbak Wening dan mbak Wahyu, saya mendapatkan informasi bahwa memang pengunjung perpustakaan kini sudah jauh berkurang daripada jaman dahulu. Hanya beberapa anak SD dan SMP yang masih berkunjung, itupun jarang sekali dari mereka yang meminjam buku. Seringkali ada kunjungan dari TK dan PAUD, namun bukan untuk membaca, melainkan lebih kepada pengenalan perpustakaan untuk outing class. Pengunjung kategori dewasa juga mengalami penurunan dalam jumlahnya.

Pandangan saya sempat tertuju pada mobil perpustakaan keliling. Sayapun menanyakan tentang perpustakaan keliling tersebut, sudah sejauh mana perpustakaan tersebut menjangkau daerah-daerah yang ada di Wonogiri? Perpustakaan keliling tersebut ternyata sudah memiliki jadwal tertentu dari hari Senin-Kamis, kadangkala ada kunjungan yang dilakukan atas dasar permintaan daerah yang bersangkutan. Namun, perpustakaan keliling ini belum menjangkau daerah pelosok, seperti Karangtengah dan Paranggupito.

Ironis sekali rasanya, melihat perpustakaan daerah yang begitu sepi sedangkan anak-anak yang berada di daerah pelosok justru begitu antusias membaca hingga berdirilah rumah baca seperti Rumah Baca Sang Petualang di Giriwoyo. Minat membaca yang berkurang bukan masalah yang sederhana, karena buku adalah salah satu cara untuk membuka pikiran kita untuk melihat dan memahami fakta-fakta yang ada di dunia ini, memahami sudut pandang orang lain melalui tulisan, bahkan mampu membantu kita untuk memperoleh inspirasi dan motivasi. 

Saya teringat akan salah satu perkataan yang pernah dikemukaan oleh Plato, "Books give a soul to the universewings to the mindflight to the imagination, and life to everything."  Sedari kecil saya sudah terbiasa hidup bersama buku-buku, dan bersama buku-buku itulah saya tumbuh. Dari buku, saya selalu mencoba melihat suatu sudut permasalahan bukan hanya dari sisi saya saja, melainkan dari sisi sebaliknya. Buku-buku ini membebaskan jiwa saya untuk berimajinasi dan mengerti dunia ini melalui jalan pikiran saya. Bersama buku-buku inilah saya merasa hidup. Ketika saya sedang dalam kondisi tidak baikpun, sebuah buku terkadang dapat menjadi obat penyembuh yang mujarab. 

Semoga, setelah ini saya akan menemukan langkah yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di depan mata saya ini. 

You Might Also Like

2 komentar: