Rumah Baca Sang Petualang, oase di tengah Giriwoyo

01.34 Anindhyta P Pradipta 1 Comments

Pernahkah anda membayangkan, anda tinggal di sebuah tempat yang sangat jauh dari keramaian kota? Anda berada di tempat yang jauh dari segala macam fasilitas yang ada. Kemudahan seperti akses internet dan membaca buku tidak pula dapat anda temukan? Itulah yang dialami oleh anak-anak yang tinggal di desa Tirtosuworo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Anak-anak di desa ini harus bergelut dengan keterbatasan yang ada. Untuk sekedar membaca buku, mereka hanya dapat mengandalkan perpustakaan sekolah. Sedangkan buku-buku di perpustakaan sekolah sudah mulai usang, bantuan dari pemerintah daerahpun jarang. Memang ada pilihan untuk membaca buku secara online di internet, namun ketersediaan akses internet pada masing-masing sekolahpun belum ada. Inilah mungkin salah satu alasan mengapa minat membaca anak-anak di daerah kurang.


Setelah kunjungan saya dan teman-teman di SD III Tirtosuworo, kamitertarik untuk mengunjungi sebuah rumah baca yang didirikan sendiri oleh local champion daerah tersebut. Awalnya saya mengetahui informasi ini dari kak Nicko, kemudian saya mulai mencari tahu lewat internet mengenai keberadaan Rumah Baca Sang Petualang. Akhirnya saya menemukan beberapa informasi melalui video youtube ini:


Oleh karena itu, kami tidak melewatkan kesempatan mengunjungi Rumah Baca Sang Petualang ini. Saya bertanya pada adik-adik di SD III Tirtosuworo yang mengetahui letak Rumah Baca Sang Petualang tersebut. Salah satu dari adik-adik tersebut mengangkat tangannya dan berkata " saya tahu, nanti saya antar kak". Kamipun berpamitan terlebih dahulu dengan bapak Kepala Sekolah kemudian menuju ke Rumah Baca bersama Iqbal, sang adik yang kuketahui namanya kemudian.

Tidak terlalu sulit untuk menemukan Rumah Baca Sang Petualang ini, namun jalan yang ditempuh tidak begitu mudah karena hanya tersusun atas bebatuan. Selain itu lokasinya juga cukup menanjak. Iqbal kami tawari untuk membonceng bersama kami, namun dia merasa sungkan. Dia memilih untuk berjalan kaki saja. Tak cukup lama, kurang lebih 10 menit,kami sudah sampai di lokasi.


(dok.pribadi - gerbang Rumah Baca Sang Petualang)

Teriknya matahari siang ini terbayar lunas ketika kami melihat gerbang Rumah Baca Sang Petualang. Tempat yang begitu sederhana ini layaknya oase yang mau menawar rasa haus anak-anak desa Tirtosuworo dalam membaca. Kami memasuki Rumah Baca Sang Petualang ini, dan mendapati banyak sekali buku-buku yang berjajar di dalam rak.


(dok.pribadi - koleksi buku di Rumah Baca Sang Petualang)

Buku-buku yang tersedia bukan hanya buku-buku bacaan seperti komik ataupun novel, namun tersedia pula buku-buku ilmu pengetahuan bahkan buku mengenai keagamaan. Luar biasa sekali! Ada hal yang lebih menakjubkan lagi, rumah baca ini sifatnya bebas. Setiap anak dapat meminjam kapanpun mereka mau, karena perpustakaan ini terbuka 24 jam. Anak-anak hanya tinggal menuliskan namanya dalam buku daftar peminjaman saja dan mengembalikan tepat waktu. Semuanya tidak dipungut biaya sama sekali. 


(dok.pribadi - koleksi buku yang belum disortir)

Ada beberapa buku yang masih tersimpan rapi di rak yang terletak di gazebo karena belum sempat disortir. Sayangnya, kami tidak bisa berbincang langsung dengan Mas Wahyudi yang merupakan pengagas terbentuknya Rumah Baca Sang Petualang ini. Kebetulan, beliau sedang pergi ke Jakarta. Sehingga saya dan teman-teman hanya berbincang-bincang dengan Ayah Mas Yudi dan Iqbal. 


(dok.pribadi - ayah Mas Yudi dan Iqbal)

Ayah mas Yudi bercerita bahwa sudah banyak pihak yang ikut turun tangan dari dan memberikan bantuan, baik berupa buku maupun berupa dana. saya sangat tertarik, bagaimana awalnya mas Yudi ini mengagas ide untuk membangun sebuah rumah baca di desanya. Ayah mas Yudipun bercerita bahwa awalnya keinginan mas Yudi hanya membuat sebuah rumah baca agar anak-anak di sekitar dapat memperoleh pengetahuan dari membaca tersebut. Selain itu, dengan membangun sebuah rumah baca ini, diharapkan rumah baca ini akan terus selalu ada dan memberi manfaat bagi sekitarnya bahkan ketika mas Yudi sudah tiada lagi. Rumah Baca ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia dan akhirat. Sungguh niat yang sangat mulia. 

Niat baik akan selalu menjadi magnet bagi niat baik lainnya bukan? Mas Yudi yang awalnya hanya mengandalkan dananya sendiri dengan menyisihkan gajinya, bahkan rela menjual sepeda motornya demi membangun rumah baca ini, akhirnya mendapat bantuan dari banyak pihak. teman-temannya dari luar kotapun mengirim banyak bantuan baik berupa buku maupun dana untuk keberlangsungan rumah baca ini. Dengan bantuan dana tersebut, mas Yudi akhirnya dapat membangun sebuah gazebo untuk Rumah Baca Sang Petualang di halaman rumahnya sendiri setelah beliau menyewa sebuah lahan untuk lokasi sebelumnya. 


(dok.pribadi - gazebo Rumah Baca Sang Petualang)

Seperti sebuah tulisan yang ditempelkan oleh Kak Nicko di whiteboard yang ada di gazebo, from caring comes courage. Banyak dari kita mungkin tidak peka terhadap permasalahan yang ada di sekitar, atau mungkin kita peka namun hanya berpikir dan menunggu digerakkan. Beruntunglah warga desa Tirtosuworo ini memiliki mas Yudi yang peka terhadap keadaan lingkungannya dan langsung melakukan aksi untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Tidak banyak orang yang mampu melakukan seperti ini. Terima kasih atas inspirasi yang telah diberikan kepada kami, mas Yudi. Sekarang giliran anda, sudahkah anda keluar rumah dan melihat permasalahan yang tengah terjadi di sekitar anda? Sudahkah anda berbuat sesuatu untuk menjadikan keadaan tersebut menjadi lebih baik? Jika belum, mulailah dari sekarang!

You Might Also Like

1 komentar: